Rabu, 06 Mei 2009

Ada R(h)ani? Antara Antasari dan Nasrudin


Bukan asap bakar kalau tak ada api, mungkin itu yang tepat menggambarkan keadaan yang terjadi antara pimpinan Perseroan Rajawali dan KPK. Rani disebut-sebut merupakan simpul dari cinta segitiga yang menyulut tindak pidana pembunuhan. Lanjutan kisah ini telah kita ketahui, yaitu setelah nyawa Bang Zul - sapaan akrab Nasrudin - maka Antasari pun masuk ke hotel prodeo, tempat orang-orang dahulu sering dia hijrahkan. Semua kisah ini tentu tidak datang begitu saja, pasti ada 'sesuatu' yang menjadi sumber asap pembawa nama rani (rhani).

Wanita muda yang manis ini tentu tidak secantik luna maya (setidak-tidaknya menurut aku, kalo ariel? Hehehe). Tapi, tidak bisa menyangkal jika sosok rani dapat dikatakan rupawan. Senyum manis, kulit putih, rambut panjang dan lurus, tentu sesuai dengan konsepsi kecantikan yang dicerna oleh orang-orang Indonesia.(Makanya tidak usah heran jika produk whitening dan jasa rebonding laku keras)
Perempuan kelahiran 1986 inilah yang menjadi saksi berharga dalam perkara yang sepertinya akan masuk dalam pasal 340 KUHP yaitu pembunuhan berencana. Rani sering disebut ada dalam titik penting dalam pembunuhan ini. Antasari diindikasikan punya kedekatan khusus, Nasrudin apalagi. Kawin siri (yang sedang tren dikalangan artis) pun disebut pernah dilakukan oleh Rani dengan Abang Zul.

Terlepas dari siapa yang benar dan salah, sekarang publik cukup yakin, ada rantai yang menghubungkan antara Antasari, Rani, dan Nasrudin.
Jika saja benar, maka kisah lama petinggi-petinggi dunia ini pun terulang. Wanita memang mahluk luar biasa. Dia merupakan sosok yang dideskripsikan sebagai mahluk lembut tapi kadang tegas. Tak jarang dianggap lemah, oleh karena itu perlu mendapat perlindungan dari laki-laki orang terdekatnya. Tapi, siapa yang melindungi laki-laki, yang menyapihya dengan air susu ibu kala masih belia? Kalau bukan perempuan, SIAPA?

Untuk mengatakan wanita adalah Racun Dunia, mungkin terlalu kasar. Sebagai 'kata cerdas' hari ini, izinkan saya mengutip kata seorang Nabi,"Tidak ada fitnah (ujian) yang paling berat bagi seorang laki-laki, melainkan perempuan"

Harta, Tahta, dan Wanita.
Rantai Motif Keduniawian yang Tak akan putus oleh Zaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar